Perekonomian Indonesia
PDB,Pertumbuhan Dan
Perubahan Struktur Ekonomi
Dosen
Pengajar : Nicky Handayani, SE.,
MMSI
1.
Produk Domestik Bruto (PDB)
atau Gross Domestic Product (GDP)
merupakan jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh
unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) dalam jangka waktu tertentu
biasanya selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil
produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang
beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan
termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah
yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor. (misal untuk Negara
Indonesia Mac Donald, PT Freeport, PT Caltex, Carrefour, PT Nutrisia dan
sebagainya), tetapi tidak termasuk hasil barang dan jasa yang dihasilkan oleh
masyarakat Negara tersebut (Indonesia) yang bekerja di luar negeri misalnya TKI
atau TKW yang bekerja diluar neger karna itu akan masuk kedalam Produk Nasional
Bruto (PNB).
Nilai GDP
dapat dihutung dengan menggunakan harga berlaku dan harga konstan (tetap).
Harga Berlaku
atau GDP Nominal , mengukur nilai barang dan jasa akhir dengan harga yang
berlaku di pasar pada tahun tersebut
Harga Konstan
(tetap) atau GDP Rill, mengukur nilai barang dan jasa akhir dengan menggunakan
harga yang tetap.
Rumus PDB :
·
Pendekatan
pngeluaran
PDB
= C + I + G + (X-M)
Keterangan :
C : Konsumsi rumah tangga
I
: Investasi
G : Konsumsi pemerintah
X : Ekspor
M : Impor
·
Pendekatan
pendapatan
PDB
= Sewa + Upah + Bunga + Laba
2.
Indonesia selama 1950—2015 mengalami
proses pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi secara nyata dari negara
agraris yang mengandalkan pertumbuhan ekonomi berbasis sektor pertanian hingga
tahun 1970-an, sejak 1980-an berkembang menjadi negara yang mulai mengandalkan
diri dari sektor industry, dan sektor-sektor lain selain sektor pertanian.
Secara umum transformasi perekonomian Indonesia selama ini telah meningkatkan
pendapatan per kapita bangsa Indonesia dan mengantarkan masyarkat Indonesia
dari masyarakat agraris menuju masyarakat ekonomi yang mengandalkan pada proses
peningkatan nilai tambah berbasis industri dan jasa.
1965
|
1980
|
1996
|
2010
|
|
51%
|
24%
|
16%
|
15%
|
|
13%
|
42%
|
43%
|
47%
|
|
36%
|
34%
|
41%
|
38%
|
3.
Pada masa orde baru ini
perkembangan ekonomi mengalami kenaikan yang cukup pesat meskipun dibarengi
dengan praktek korupsi yang merajalela. Indonesia dalam era Orde Baru perhatian
pemerintahan lebih ditujukan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lewat
pembangunan ekonomi dan sosial tanah air. Usaha pemerintah tersebut ditambah
lagi dengan penyusunan rencana pembangunan 5 tahun (Repelita). Perubahan ekonomi struktural juga
sangat nyata selama masa Orde Baru dimana sektor industri manufaktur meningkat
setiap tahun. Krisis moneter yang melanda
negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Karena krisis moneter dan
peristiwa politik dalam negeri yang mengganggu perekonomian menyebabkan rezim
Orde Baru runtuh.
Pertumbuhan
ekonomi pada masa Reformasi sampai Kabinet kerja Jokowi Sejak berakhirnya krisis keuangan Asia 1997-1998
hingga tahun 2014, Indonesia masih dilanda krisis dua kali yang semuanya
bersumber dari luar, yakni krisis ekonomi global pada periode 2008-2009 yang
berasal dari krisis keuangan di AS dan krisis zona Euro pada periode 2010-2012
yang disebabkan oleh krisis utang luar negeri di sejumlah negara anggota Uni
Eropa. Namun, berbeda dengan pengalaman waktu krisis keuangan Asia, selama
krisis tersebut Indonesia tetap bisa tumbuh positif.
4. Faktor-Faktor
Yang Menentukan Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
·
Faktor
Internal
Krisis ekonomi
pada tahun 1998 yang disebabkan oleh buruknya fundamental ekonomi nasional,
serta lambatnya proses pemulihan ekonomi nasional pasca peristiwa tersebut menyebabkan banyak investor
asing yang enggan (bahkan hingga sampai saat ini) menanamkan modalnya di
Indonesia. Kemudian proses pemulihan serta perbaikan ekonomi nasional juga
tidak disertai kestabilan politik dan keamanan yang memadai, penyelesaian
konflik sosial , serta tidak adanya kepastian hukum. Padahal faktor-faktor non
ekonomi inilah yang merupakan aspek penting dalam menentukan tingkat resiko
yang terdapat di dalam suatu Negara untuk menjadi dasar keputusan bagi para
pelaku usaha atau investor terutama asing, untuk melakukan usaha atau
menginvestasikan modalnya di Negara tersebut.
·
Faktor
Eksternal
Kondisi
perdagangan dan perekonomian regional serta dunia merupakan faktor eksternal
yang sangat penting untuk mendukung proses pemulihan ekonomi di Indonesia.
Mengapa kondisi perdagangan dan perekonomian regional atau dunia tersebut
dinilai penting? Sebab, apabila kondisi perdagangan dan perekonomian Negara-negara tersebut terutama mitra
Indonesia sedang melemah, maka akan
berdampak pula pada proses pemulihan yang akan semakin mengulur waktu
dan akibatnya dapat menghambat kemajuan perekonomian di Indonesia.
5.
Ya
tentu dapat berjalan dan berkembang sesuai dengan kebijakan pemerintah dengan
memperhatikan beberapa indikator, yaitu:
1.
Pendapatan
Nasional
Negara
yang pembangunan ekonominya berhasil akan mampu menunjukan kenaikan pendapatan
nasional.
2.
Produksi
Nasional (PNB)
Keberhasilan
pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur menggunakan produksi nasional
yang dicapai oleh negara tersebut. Produksi nasional yang tinggi adalah cermin
suatu negar mampu menghasilkan barang dan jasa yang berlimpah (kapasitas
produksi tinggi) sehingga dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
3.
Kesempatan Kerja
Pelaksanaan
pembangunan ekonomi harus diikuti dengan terbukanya kesempatan kerja yang luas.
Kesempatan kerja yang luas akan menyerap pengangguran, negara yang pembangunan
ekonominya berhasil akan mampu menciptakan kesempatan kerja yang tinggi.
4.
Perekonomian
Stabil
Suatu negara dikatakan berhasil dalam pembangunan ekonomi jika mampu menjaga
stbilitas ekonomi, meliputi stabilitas pendapatan,kesempatan kerja,harga serta
mampu mengendalikan inflasi.
5.
Neraca
Pembayaran Luar Negri
Melalui
pembangunan ekonomi, pemerintah di harapkan mampu menjaga keseimbangan neraca
pembayaran luar negeri agar tidak mengalami defisit bahakan kalau bisa
diusahakan apar surplus.
6.
Distribusi
Pendapatan yang Merata
Pendapatan
nasional yang tinggi, kesempatan kerja terbuka, harga stabil, dan inflasi
terkendali belum menjamin keberhasilan pembangunan ekonomi jika tidak diikati
distribusi pendapatan yang merata. Karena ketidak merataan distribusi
pendapatan akan mengakibatkan gejolak sosial sehingga mengganggu keamanan
negara.
6.
Perubahan
struktur eknomi dan dampaknya terhadap rakyat indonesia
Pada dasarnya pembangunan ekonomi
mempunyai empat dimensi pokok yaitu:
1)
pertumbuhan,
2)
penaggulangan
kemiskinan,
3)
perubahan
atau transformasi ekonomi, dan
4)
keberlanjutan
pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri.
Transformasi
struktural merupakan prasyarat dari peningkatan dan kesinambungan pertumbuhan
dan penanggulangan kemiskinan, sekaligus pendukung bagi keberlanjutan
pembangunan itu sendiri. Pembangunan di Indonesia telah berhasil memacu
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, yang ditandai terjadinya perubahan struktur
perekonomian. Proses perubahan struktur perekonomian ditandai dengan:
1)
merosotnya
pangsa sektor primer (pertanian),
2)
meningkatnya
pangsa sektor sekunder (industri), dan
3)
pangsa
sektor tersier (jasa) kurang lebih konstan, namun kontribusinya akan meningkat
sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.
Pada
kenyataannya pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak disertai dengan perubahan
struktur tenagakerja yang berimbang (Swasono dan Sulistyaningsih, 1993).
Artinya laju pergeseran ekonomi sektoral relatif cepat dibandingkan dengan laju
pergeseran tenagakerja, sehingga Manning (1995) dalam Suhartini (2001)
mengatakan bahwa titik balik untuk aktivitas ekonomi (economic turning-point)
tercapai lebih dahulu dibanding dengan titik balik penggunaan tenagakerja
(labor turning-point). Sehingga masalah yang sering diperdebatkan adalah: (1)
apakah penurunan pangsa PDB sebanding dengan penurunan pangsa serapan
tenagakerja sektoral, dan (2) industri mana yang berkembang lebih cepat,
agroindustri atau industri manukfaktur. Jika transformasi kurang seimbang maka
dikuatirkan akan terjadi proses pemiskinan dan eksploitasi sumberdaya manusia pada
sektor primer. Adanya tingkat pertumbuhan ekonomi atau produksi yang tidak
merata, dan sisi lain tidak diikuti oleh kemampuannya dalam penyerapan
tenagakerja akan membawa konsekuensi terjadinya perubahan struktur dari ke dua
aspek tersebut yang semakin menjauh baik antar sektor maupun antar subsektor
pada masing-masing sektor.
Dampak Positif Pembangunan/Struktur Ekonomi
·
Melalui
pembangunan ekonomi, pelaksanaan kegiatan perekonomian akan berjalan lebih
lancar dan mampu mempercepat proses pertumbuhan ekonomi.
·
Adanya
pembangunan ekonomi dimungkinkan terciptanya lapangan pekerjaan yang dibutuhkan
oleh masyarakat, dengan demikian akan mengurangi pengangguran.
·
Terciptanya
lapangan pekerjaan akibat adanya pembangunan ekonomi secara langsung bisa
memperbaiki tingkat pendapatan nasional.
·
Melalui
pembangunan ekonomi dimungkinkan adanya perubahan struktur perekonomian dari
struktur ekonomi agraris menjadi struktur ekonomi industri, sehingga kegiatan
ekonomi yang dilaksanakan oleh negara akan semakin beragam dan dinamis.
·
Pembangunan
ekonomi menuntut peningkatan kualitas SDM sehingga dalam hal ini, dimungkinkan
ilmu pengetahuan dan teknologi akan berkembang dengan pesat. Dengan demikian,
akan makin meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dampak Negatif Pembangunan/Struktur Ekonomi
·
Adanya
pembangunan ekonomi yang tidak terencana dengan baik mengakibatkan adanya
kerusakan lingkungan hidup.
·
Industrialisasi
mengakibatkan berkurangnya lahan pertanian.
7.
Kasus : Indonesia's
GDP rose by 5.02 percent last year, compared with 4.88 percent in 2015, the
Central Statistics Agency (BPS) reported on Monday. Looking just at the fourth
quarter of the year, however, the country’s economy experienced a slowdown,
with year-on-year GDP growth falling to 4.94 percent from 5.02 percent in the
third quarter. BPS head Suhariyanto said government spending had fallen by 4.05
percent in the fourth quarter last year following state budget cuts, which had
caused the lower growth rate, in comparison with a 7.12 percent increase in the
same quarter of 2015. "Yes, there was an impact from the adjustment in the
state budget, so there was also decline in government spending for goods and
social assistance," he said at a press conference on Monday, adding that
the lower government spending had happened since the third quarter last year. The
lower government spending was attributable to austerity measures taken by
President Joko “Jokowi” Widodo’s administration following Rp 137 trillion
(US$10.27 billion) in state budget cuts in early August of 2016 and calls from
the President to scrap non-essential spending. Meanwhile, exports and imports
grew at a slower pace of only 1.74 percent and 2.27 percent, respectively, in
2016. Investment grew by 4.48 percent last year. Household consumption, which
is the biggest component of Indonesia's GDP and accounts for more than 56
percent of the total, increased by 5.01 percent.
"Looking
at sectors, financial services and insurance was the biggest contributor to
growth last year, followed by information and communication as well as other services,"
Suhariyanto said.
Analisis
1)
GDP in indonesia have growth that
is not stable from year to year caused by the presence of the adjustment of the
state budget.
2)
Step the savings that it was
taken by the government caused the state budget is lower in exports and imports
grew more slowly.
3)
In the year 2015 the gross
domestic product, the largest in the financial service sector and insurance and
in the year 2016 in the country's gross domestic product GDP, the largest in
indonesia is in household consumption by 56 %.
Referensi
·
https://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-makro/pengertian-gross-domestic-product-produk-domestik-bruto-gdp/