PDB,Pertumbuhan Dan Perubahan Struktur Ekonomi

07.46

Perekonomian Indonesia
PDB,Pertumbuhan Dan Perubahan Struktur Ekonomi

Dosen Pengajar : Nicky Handayani, SE., MMSI


1.      Produk Domestik Bruto (PDB) atau  Gross Domestic Product (GDP) merupakan jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara  (domestik) dalam jangka waktu tertentu biasanya selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor. (misal untuk Negara Indonesia Mac Donald, PT Freeport, PT Caltex, Carrefour, PT Nutrisia dan sebagainya), tetapi tidak termasuk hasil barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat Negara tersebut (Indonesia) yang bekerja di luar negeri misalnya TKI atau TKW yang bekerja diluar neger karna itu akan masuk kedalam Produk Nasional Bruto (PNB).
Nilai GDP dapat dihutung dengan menggunakan harga berlaku dan harga konstan (tetap).
Harga Berlaku atau GDP Nominal , mengukur nilai barang dan jasa akhir dengan harga yang berlaku di pasar pada tahun tersebut
Harga Konstan (tetap) atau GDP Rill, mengukur nilai barang dan jasa akhir dengan menggunakan harga yang tetap.

Rumus PDB  :
·         Pendekatan pngeluaran
PDB = C + I + G + (X-M)
Keterangan :
C : Konsumsi rumah tangga
I  : Investasi
G : Konsumsi pemerintah
X : Ekspor
M : Impor
·         Pendekatan pendapatan
PDB = Sewa + Upah + Bunga + Laba

2.      Indonesia selama 1950—2015 mengalami proses pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi secara nyata dari negara agraris yang mengandalkan pertumbuhan ekonomi berbasis sektor pertanian hingga tahun 1970-an, sejak 1980-an berkembang menjadi negara yang mulai mengandalkan diri dari sektor industry, dan sektor-sektor lain selain sektor pertanian. Secara umum transformasi perekonomian Indonesia selama ini telah meningkatkan pendapatan per kapita bangsa Indonesia dan mengantarkan masyarkat Indonesia dari masyarakat agraris menuju masyarakat ekonomi yang mengandalkan pada proses peningkatan nilai tambah berbasis industri dan jasa.



    1965
    1980
    1996
    2010
     51%
     24%
     16%
     15%
     13%
     42%
     43%
     47%
 Jasa
     36%
     34%
     41%
     38%


3.      Pada masa orde baru ini perkembangan ekonomi mengalami kenaikan yang cukup pesat meskipun dibarengi dengan praktek korupsi yang merajalela. Indonesia dalam era Orde Baru perhatian pemerintahan lebih ditujukan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lewat pembangunan ekonomi dan sosial tanah air. Usaha pemerintah tersebut ditambah lagi dengan penyusunan rencana pembangunan 5 tahun  (Repelita). Perubahan ekonomi struktural juga sangat nyata selama masa Orde Baru dimana sektor industri manufaktur meningkat setiap tahun. Krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Karena krisis moneter dan peristiwa politik dalam negeri yang mengganggu perekonomian menyebabkan rezim Orde Baru runtuh.
Pertumbuhan ekonomi pada masa Reformasi sampai Kabinet kerja Jokowi Sejak berakhirnya krisis keuangan Asia 1997-1998 hingga tahun 2014, Indonesia masih dilanda krisis dua kali yang semuanya bersumber dari luar, yakni krisis ekonomi global pada periode 2008-2009 yang berasal dari krisis keuangan di AS dan krisis zona Euro pada periode 2010-2012 yang disebabkan oleh krisis utang luar negeri di sejumlah negara anggota Uni Eropa. Namun, berbeda dengan pengalaman waktu krisis keuangan Asia, selama krisis tersebut Indonesia tetap bisa tumbuh positif.

4.      Faktor-Faktor Yang Menentukan Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
·         Faktor Internal
Krisis ekonomi pada tahun 1998 yang disebabkan oleh buruknya fundamental ekonomi nasional, serta lambatnya proses pemulihan ekonomi nasional pasca  peristiwa tersebut menyebabkan banyak investor asing yang enggan (bahkan hingga sampai saat ini) menanamkan modalnya di Indonesia. Kemudian proses pemulihan serta perbaikan ekonomi nasional juga tidak disertai kestabilan politik dan keamanan yang memadai, penyelesaian konflik sosial , serta tidak adanya kepastian hukum. Padahal faktor-faktor non ekonomi inilah yang merupakan aspek penting dalam menentukan tingkat resiko yang terdapat di dalam suatu Negara untuk menjadi dasar keputusan bagi para pelaku usaha atau investor terutama asing, untuk melakukan usaha atau menginvestasikan modalnya di Negara tersebut.

·         Faktor Eksternal
Kondisi perdagangan dan perekonomian regional serta dunia merupakan faktor eksternal yang sangat penting untuk mendukung proses pemulihan ekonomi di Indonesia. Mengapa kondisi perdagangan dan perekonomian regional atau dunia tersebut dinilai penting? Sebab, apabila kondisi perdagangan dan perekonomian  Negara-negara tersebut terutama mitra Indonesia sedang melemah, maka akan  berdampak pula pada proses pemulihan yang akan semakin mengulur waktu dan akibatnya dapat menghambat kemajuan perekonomian di Indonesia.

5.      Ya tentu dapat berjalan dan berkembang sesuai dengan kebijakan pemerintah dengan memperhatikan beberapa indikator, yaitu:
1.      Pendapatan Nasional

Negara yang pembangunan ekonominya berhasil akan mampu menunjukan kenaikan pendapatan nasional.

2.      Produksi Nasional (PNB)

Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur menggunakan produksi nasional yang dicapai oleh negara tersebut. Produksi nasional yang tinggi adalah cermin suatu negar mampu menghasilkan barang dan jasa yang berlimpah (kapasitas produksi tinggi) sehingga dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

3.      Kesempatan Kerja

Pelaksanaan pembangunan ekonomi harus diikuti dengan terbukanya kesempatan kerja yang luas. Kesempatan kerja yang luas akan menyerap pengangguran, negara yang pembangunan ekonominya berhasil akan mampu menciptakan kesempatan kerja yang tinggi.

4.      Perekonomian Stabil

Suatu negara dikatakan berhasil dalam pembangunan ekonomi jika mampu menjaga stbilitas ekonomi, meliputi stabilitas pendapatan,kesempatan kerja,harga serta mampu mengendalikan inflasi.

5.      Neraca Pembayaran Luar Negri

Melalui pembangunan ekonomi, pemerintah di harapkan mampu menjaga keseimbangan neraca pembayaran luar negeri agar tidak mengalami defisit bahakan kalau bisa diusahakan apar surplus.

6.      Distribusi Pendapatan yang Merata

Pendapatan nasional yang tinggi, kesempatan kerja terbuka, harga stabil, dan inflasi terkendali belum menjamin keberhasilan pembangunan ekonomi jika tidak diikati distribusi pendapatan yang merata. Karena ketidak merataan distribusi pendapatan akan mengakibatkan gejolak sosial sehingga mengganggu keamanan negara.



6.      Perubahan struktur eknomi dan dampaknya terhadap rakyat indonesia
Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu:
1)      pertumbuhan,
2)      penaggulangan kemiskinan,
3)      perubahan atau transformasi ekonomi, dan
4)      keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri.

Transformasi struktural merupakan prasyarat dari peningkatan dan kesinambungan pertumbuhan dan penanggulangan kemiskinan, sekaligus pendukung bagi keberlanjutan pembangunan itu sendiri. Pembangunan di Indonesia telah berhasil memacu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, yang ditandai terjadinya perubahan struktur perekonomian. Proses perubahan struktur perekonomian ditandai dengan:
1)      merosotnya pangsa sektor primer (pertanian),
2)      meningkatnya pangsa sektor sekunder (industri), dan
3)      pangsa sektor tersier (jasa) kurang lebih konstan, namun kontribusinya akan meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.

Pada kenyataannya pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak disertai dengan perubahan struktur tenagakerja yang berimbang (Swasono dan Sulistyaningsih, 1993). Artinya laju pergeseran ekonomi sektoral relatif cepat dibandingkan dengan laju pergeseran tenagakerja, sehingga Manning (1995) dalam Suhartini (2001) mengatakan bahwa titik balik untuk aktivitas ekonomi (economic turning-point) tercapai lebih dahulu dibanding dengan titik balik penggunaan tenagakerja (labor turning-point). Sehingga masalah yang sering diperdebatkan adalah: (1) apakah penurunan pangsa PDB sebanding dengan penurunan pangsa serapan tenagakerja sektoral, dan (2) industri mana yang berkembang lebih cepat, agroindustri atau industri manukfaktur. Jika transformasi kurang seimbang maka dikuatirkan akan terjadi proses pemiskinan dan eksploitasi sumberdaya manusia pada sektor primer. Adanya tingkat pertumbuhan ekonomi atau produksi yang tidak merata, dan sisi lain tidak diikuti oleh kemampuannya dalam penyerapan tenagakerja akan membawa konsekuensi terjadinya perubahan struktur dari ke dua aspek tersebut yang semakin menjauh baik antar sektor maupun antar subsektor pada masing-masing sektor.

Dampak Positif Pembangunan/Struktur Ekonomi
·         Melalui pembangunan ekonomi, pelaksanaan kegiatan perekonomian akan berjalan lebih lancar dan mampu mempercepat proses pertumbuhan ekonomi.
·         Adanya pembangunan ekonomi dimungkinkan terciptanya lapangan pekerjaan yang dibutuhkan oleh masyarakat, dengan demikian akan mengurangi pengangguran.
·         Terciptanya lapangan pekerjaan akibat adanya pembangunan ekonomi secara langsung bisa memperbaiki tingkat pendapatan nasional.
·         Melalui pembangunan ekonomi dimungkinkan adanya perubahan struktur perekonomian dari struktur ekonomi agraris menjadi struktur ekonomi industri, sehingga kegiatan ekonomi yang dilaksanakan oleh negara akan semakin beragam dan dinamis.
·         Pembangunan ekonomi menuntut peningkatan kualitas SDM sehingga dalam hal ini, dimungkinkan ilmu pengetahuan dan teknologi akan berkembang dengan pesat. Dengan demikian, akan makin meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dampak Negatif Pembangunan/Struktur Ekonomi
·         Adanya pembangunan ekonomi yang tidak terencana dengan baik mengakibatkan adanya kerusakan lingkungan hidup.
·         Industrialisasi mengakibatkan berkurangnya lahan pertanian.

7.      Kasus : Indonesia's GDP rose by 5.02 percent last year, compared with 4.88 percent in 2015, the Central Statistics Agency (BPS) reported on Monday. Looking just at the fourth quarter of the year, however, the country’s economy experienced a slowdown, with year-on-year GDP growth falling to 4.94 percent from 5.02 percent in the third quarter. BPS head Suhariyanto said government spending had fallen by 4.05 percent in the fourth quarter last year following state budget cuts, which had caused the lower growth rate, in comparison with a 7.12 percent increase in the same quarter of 2015. "Yes, there was an impact from the adjustment in the state budget, so there was also decline in government spending for goods and social assistance," he said at a press conference on Monday, adding that the lower government spending had happened since the third quarter last year. The lower government spending was attributable to austerity measures taken by President Joko “Jokowi” Widodo’s administration following Rp 137 trillion (US$10.27 billion) in state budget cuts in early August of 2016 and calls from the President to scrap non-essential spending. Meanwhile, exports and imports grew at a slower pace of only 1.74 percent and 2.27 percent, respectively, in 2016. Investment grew by 4.48 percent last year. Household consumption, which is the biggest component of Indonesia's GDP and accounts for more than 56 percent of the total, increased by 5.01 percent.

"Looking at sectors, financial services and insurance was the biggest contributor to growth last year, followed by information and communication as well as other services," Suhariyanto said.

Analisis
1)      GDP in indonesia have growth that is not stable from year to year caused by the presence of the adjustment of the state budget.
2)      Step the savings that it was taken by the government caused the state budget is lower in exports and imports grew more slowly.
3)      In the year 2015 the gross domestic product, the largest in the financial service sector and insurance and in the year 2016 in the country's gross domestic product GDP, the largest in indonesia is in household consumption by 56 %.

Referensi







You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts